Senin, 27 Oktober 2008

PERANAN ISTERI PETANI TERNAK AYAM BURAS DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA DI KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

Agustina Abdullah dan Amidah Amrawati
Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan UNHAS
Kampus UNHAS Tamalanrea Makassar
email : abdullah_ina@yahoo.com


ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan isteri petani dalam memberikan kontribusi dan peningkatkan pendapatan keluarga dalam usaha tani ternak ayam buras dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2008 di Kecamatan Gangking Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode survai pada kelompok wanita tani ayam buras, menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) mencakup karakteristik responden/individu yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, serta curahan waktu dalam usaha ayam buras. Analisis data untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan isteri petani ternak yang diperoleh dari usaha ayam buras, diperoleh dengan menghitung ratio pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga yang diterima selama satu bulan yang dinyatakan dalam persen. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan istri dalam usaha ayam buras digunakan model regresi linier berganda dengan variabel tak bebas adalah pendapatan istri dan variabel tak bebas adalah umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, serta curahan waktu. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendapatan yang diperoleh responden rata-rata Rp.145.800/bulan (kisaran Rp.35.000 – Rp.450.000/bulan) dan pendapatan yang diperoleh istri petani dalam memelihara ayam buras dapat memberikan sumbangan atau kontribusi pendapatan terhadap pendapatan keluarga sebesar 13.17%. Pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga secara simultan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan istri dengan usaha ayam buras. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh atas hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas sebesar 0,904, sehingga hubungan pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga dengan pendapatan istri sangat erat (tinggi). Besarnya nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0.818 artinya secara simultan variabel-variabel bebas memberikan kontribusi sebesar 81.8% terhadap tingkat pendapatan istri.

Kata Kunci : wanita tani, pendapatan, ayam buras, bulukumba


PENDAHULUAN

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dan kontribusi perempuan pedesaan dalam kegiatan pertanian dan non pertanian yang berdampak sangat signifikan terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Selain keterlibatan aktif dalam kegiatan dari sub sistem budidaya, keterlibatan perempuan pedesaan pada sistem agribisnis terutama dalam kegiatan-kegiatan pada sub sistem pengolahan hasil pertanian/agroindustri dan sub sistem pemasaran hasil pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan melalui pengembangan agribisnis tidak hanya akan memacu perkembangan agribisnis di pedesaan, akan tetapi juga akan berdampak ganda pada peningkatan ketahanan ekonomi keluarga dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Kegiatan usaha produktif sub-sektor peternakan senantiasa melibatkan gender wanita dalam pelaksanaan usahatani, terutama usahatani keluarga. Upaya melibatkan gender wanita dalam kegiatan usahatani-ternak merupakan salah satu upaya peningkatan keamanan ekonomi keluarga dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lokal serta meningkatkan status gender wanita dalam kegiatan sektoral. Keterlibatan kaum wanita dalam kegiatan usahatani-ternak merupakan upaya meningkatkan kekuatan nilai input yang disumbangkan dalam proses produksi dan proses pengambilan keputusan.
Salah satu kegiatan pembangunan agribisnis di pedesaan yang dapat dikembangkan dengan mengedepankan perempuan sebagai pelaksana seluruh kegiatan adalah dengan melalui pengembangan ayam buras di pedesaan. Strategi pembangunan peternakan harus diarahkan kepada peternak-kelompok tani/masyarakat yang memiliki ciri dimana semua kegiatan dapat dikerjakan oleh semua anggota keluarga, kebutuhan keterampilan yang tidak begitu tinggi dan dengan sarana/prasarana yang sederhana.
Keikutsertaan gender wanita dalam kegiatan usahatani-ternak ayam buras dari berbagai studi mampu memberikan sumbangan finansial dalam bentuk peningkatan pendapatan keluarga. Sebagai anggota keluarga, gender wanita juga mampu mengontrol aset produksi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan partisipasi kaum wanita dalam kegiatan pertanian subsisten dimana mereka berperan semata-mata sebagai tenaga kerja pada lahan yang sepenuhnya dikuasai kepala keluarga pria. Nurland (1986) menyatakan, tambahan penghasilan dari wanita dalam ekonomi rumah tangga sangat penting dalam menunjang ekonomi keluarga disebabkan karena pendapatan rata-rata suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ikut sertanya anggota keluarga dalam kegiatan mencari nafkah merupakan upaya peningkatan pendapatan guna mengatasi masalah kebutuhan rumah tangga petani ternak
Profil kedudukan dan peran wanita di Sulawesi-Selatan menunjukkan bahwa angkatan kerja wanita dipedesaan lebih besar 14,85% dibanding diperkotaan yaitu 12,61% (Nurland, 1998). Ini menunjukkan bahwa di pedesaan, dalam kegiatan usahatani, keberadaan wanita tani sangat menentukan dibandingkan dengan perkotaan lebih-lebih dalam kegiatan panen dan pasca panen. Menurut Saenong dan Ginting (1995), peranan wanita dalam kegiatan usahatani, khususnya dalam aktifitas panen dan pasca panen, sangat besar yaitu 70% pada daerah yang kurang produktif dan 30% pada daerah produktif. Berdasarkan gambaran tersebut diatas besarnya potensi wanita tani dalam kegiatan usahatani jelas tidak dapat diabaikan dalam membangun ekonomi kerakyatan pada masa kini dan masa depan.
Berdasarkan paparan di atas, maka dilakukan penelitian untuk melihat sejauh mana peranan isteri petani ternak dalam meningkatkan pendapatan keluarga dalam usaha tani ternak ayam buras dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2008 di Kecamatan Gangking Kabupaten Bulukumba. Populasi pengamatan adalah seluruh wanita tani adalah istri dari kepala keluarga/petani peternak yang tergabung dalam kelompok wanita tani (KWT) ayam buras di Kecamatan Gangking. Sampel penelitian dipilih secara sengaja (purposive) pada dua kelompok wanita tani ayam buras yaitu KWT Wiccang dan KWT Sipatokkong. Kedua kelompok tersebut mewakili karakteristik yang berbeda dalam sistem pemeliharaan ayam buras. Penentuan responden dilaksanakan secara acak sederhana, dan dipilih sebanyak responden sebanyak 45 orang.
Penelitian ini menggunakan metode survai yaitu penelitian lapangan yang menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) sebagai alat pengumpul data. Data yag dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian di lapangan, mencakup karakteristik responden/individu yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, serta curahan waktu dalam usaha ayam buras.
Analisis data untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Parameter yang digunakan meliputi frekuensi, persentase, nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum, serta standar deviasi. Karakteristik responden dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu : (1) kelompok rendah, skor yang dicapai kurang dari skor rata-rata minus standar deviasi (< rata-rata – SD), (2) kelompok sedang, skor yang dicapai berada pada kisaran antara skor rata-rata minus standar deviasi sampai skor rata-rata plus standar deviasi (rata-rata – SD sampai rata-rata + SD), (3) kelompok tinggi, skor yang dicapai lebih tinggi dari skor ratar-ata plus standar deviasi (> rata-rata + SD).
Untuk mengetahui kontribusi pendapatan isteri petani ternak yang diperoleh dari usaha ayam buras, diperoleh dengan menghitung ratio pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga yang diterima selama satu bulan yang dinyatakan dalam persen dengan rumus :
pendapatan istri
Kontribusi pendapatan istri = --------------------------------- x 100%
pendapatan keluarga
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan istri dalam usaha ayam buras digunakan model regresi linier berganda (Mattjik dan Sumertajaya 2000), dengan variabel terikat adalah pendapatan istri dan variabel bebas adalah umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, serta curahan waktu. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat digunakan uji F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa variabel karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini yang diduga berpengaruh terhadap peranan istri terhadap pendapatan keluarga peternak ayam buras mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, serta curahan waktu dalam usaha ayam buras seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Peternak Ayam Buras
Variabel Klasifikasi Kategori Persen-tase (%) Rata-Rata
Umur (tahun) > 60.33 Tua 4.44 47.40
34.47 - 60.33 Sedang 75.56
< 34.47 Muda 20,00
Pendidikan > 4.5 Tinggi 24.44 3,09
1.5 – 4.5 Sedang 66.67
< 1.5 Rendah 8.89
Pendapatan istri (Rp/bulan) > 254.891,83 Tinggi 20.00 145.800
36.708,17-254.891,83 Sedang 73.33
< 36.708,17 Rendah 6.67
Jumlah keluarga (jiwa) > 5.56 Tinggi 22.22 4.16
2.76 – 5.56 Sedang 68.89
< 2.76 Rendah 8.89
Curahan waktu (menit/hari) > 171.69 Tinggi 28.89 124.00
122.60 – 171.69 Sedang 17.78
< 122.60 Rendah 53.33

Rata-rata umur responden adalah 47.40 tahun dengan kisaran 24-67 tahun. Berdasarkan pengelompokan umur, dapat dijelaskan bahwa jumlah responden berusia tua yaitu sebesar 4.44%, sedangkan yang berusia sedang/muda sebesar 95.56%. Dengan demikian, bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-50 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
Jumlah anggota keluarga responden rata-rata 4 orang dengan kisaran 2-7 orang/kepala keluarga. Dengan komposisi anggota keluarga yang demikian memberikan indikasi bahwa anggota keluarga tersebut (anak/keluarga lainnya) dapat membantu delam mengelola usaha ternak ayam buras. Namun demikian, berdasarkan wawancara dengan responden diperoleh bahwa sebagian besar anggota keluarga tersebut kurang membantu dalam pemeliharaan ternak karena masih dalam usia sekolah (anak), sehingga pemeliharaan ayam buras lebih banyak dolakukan sendiri oleh ibu rumah tangga karena kepala keluarga (suami) lebih mencurahkan waktu dalam usaha tani tanaman pangan (padi).
Sementara itu, ditinjau dari tingkat pendidikan formal terdapat variasi dari yang terendah tidak tamat sekolah dasar dan tertinggi tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan peternak didominasi oleh tidak tamat hingga tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (75.56%), selebihnya tamat sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi (24.44%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh peternak relatif masih rendah, sehingga dapat menyebabkan tingkat pengetahuan, keterampilan serta penerimaan terhadap inovasi teknologi peternakan yang dapat diserap oleh peternak tidak maksimal. Syafaat et al. (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang. Chamdi (2003) menyatakan bahwa dengan tingkat pendidikan akan menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan akan menentukan keberhasilan usaha ternak.
Berkaitan dengan curahan waktu responden terhadap pemeliharaan ayam buras menunjukkan bahwa proporsi curahan waktu kerja responden dalam melakukan usahatani ternak ayam buras relatif kurang karena dianggap sebagai usaha sampingan yaitu rata-rata 124 menit per hari dengan kisaran 60-210 menit per hari. Sebanyak 53.33% responden dalam kategori rendah (<122 menit/hari) yang mencurahkan waktunya untuk mengelola atau memelihara ternak ayam buras, dilain pihak sebanyak 46.67% mencurahkan waktu sehari dalam mengelola ternak ayam buras diatas 122 menit per hari (Tabel 1). Menurut Hendayana dan Togatorop (2003), curahan waktu kerja adalah pengalokasian waktu untuk mengerjakan suatu kegiatan yang diukur dengan satuan waktu, terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Volume curahan waktu kerja yang menunjukkan pekerjaan itu dianggap lebih utama dari pada jenis pekerjaan lainnya. Volume curahan waktu kerja itu dapat berhubungan positif dengan perolehan tingkat pendapatan. Secara umum curahan waktu kerja petani ternak terbagi atas curahan waktu kerja untuk usahatani (on farm), luar usahatani (off farm) dan bukan usahatani (non farm).
Dalam usaha ayam buras, tingkat pendapatan yang diperoleh responden rata-rata Rp.145.800/bulan dengan kisaran sangat lebar yaitu Rp.35.000 – Rp.450.000/bulan. Jika jumlah pendapatan yang diperoleh responden dikelompokkan dalam kategori pendapatan tinggi, sedang, rendah (Tabel 1), maka diperoleh hanya 6.67% responden dalam kategori pendapatan rendah, dilain pihak sebanyak 73.33% (Rp. 36.708,17-Rp.254.891,83) dalam ketegori sedang, dan selebihnya 20.00% dalam kategori pendapatan tinggi. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh istri petani dalam memelihara ayam buras dapat memberikan sumbangan atau kontribusi pendapatan yang relatif tinggi terhadap pendapatan keluarga.
Rata-rata pendapatan istri, pendapatan keluarga serta kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga seperti terlihat pada Tabel 2. Rata-rata pendapatan istri sebesar Rp. 145.800/bulan, dan rata-rata pendapatan keluarga Rp. 1.106.911/bulan. Dengan demikian diperoleh kontribusi pendapatan istri dari usaha peternakan ayam buras terhadap pendapatan keluarga sebesar 13.17%. Kontribusi pendapatan istri bersumber dari hasil penjualan telur, ayam bibit, serta ayam dewasa setelah dikeluarkan biaya-biaya produksi seperti pembelian dedak, jagung giling, serta obat-obatan. Namun demikian, hasil penerimaan lebih banyak diperoleh dari hasil penjualan telur yaitu sekitar 60% produksi telur dijual dan selebihnya untuk konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ayam dewasa hanya dilakukan jika kondisi ayam tersebut produksi telurnya telah menurun.


Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Istri, Pendapatan Keluarga serta
Kontribusi Pendapatan Istri terhadap Pendapatan Keluarga

Uraian Rata-Rata
Pendapatan istri (Rp/bulan) 145.800
Pendapatan keluarga (Rp/bulan) 1.106.911
Kontribusi pendapatan istri (%) 13.17

Dengan jumlah kontribusi pendapatan istri sebesar 13.17% dapat dikatakan masih belum memadai, dan memberikan indikasi bahwa sistem pemeliharaan ternak ayam buras belum intensif dan masih dianggap sebagai usaha sambilan. Ditingkat peternak perlu dilakukan upaya untuk lebih menjadikan peternakan ayam buras sebagai usaha pokok untuk dapat memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar dan sebagai bentuk diversifikasi usaha ekonomi rumah tangga. Sudrajat (2002) menyatakan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan keluarga petani ternak adalah dengan memberi kesempatan kepada isteri ternak untuk berusaha atau tampil sebagai tenaga kerja, karena isteri petani ternak juga merupakan sumber tenaga kerja yang potensial. Dengan melibatkan isteri petani ternak dalam berbagai kegiatan sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga merupakan tindakan yang bijaksana, mengingat dalam usaha diperlukan adanya efisiensi tenaga kerja. Sehingga upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga petani ternak dapat terwujud.
Hasil estimasi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap tingkat pendapatan istri dari usaha peternakan ayam buras (variabel terikat) dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yaitu pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga tersebut di atas secara simultan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan istri dengan usaha ayam buras. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh atas hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas sebesar 0,904, sehingga hubungan pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga dengan pendapatan istri sangat erat (tinggi). Besarnya nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0.818 artinya secara simultan variabel-variabel bebas memberikan kontribusi sebesar 81.8% terhadap tingkat pendapatan istri, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak dianalisa dalam model ini.

Tabel 3. Estimasi Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan
Istri dalam Usaha Pemeliharaan Ayam Buras
Variabel Bebas Koefisien Regresi Standar Error Significant
Kostanta 508260.501 76233.706 .000
Pendidikan istri -24470.846 9532.769 .014
Umur istri -7025.842 930.638 .000
Curahan waktu 745.349 255.569 .006
Jumlah anggota keluarga -11134.754 5955.183 .069

Koefisien regresi variabel pendidikan istri nilainya sebesar -24470.846 dan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan istri. Artinya tinggi rendahnya tingkat pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan istri. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan petani lebih responsif terhadap teknologi pertanian, dan sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menjadi kendala dalam proses adopsi teknologi pertanian (Rogers dan Shoemaker, 1971).
Hasil estimasi variabel umur responden menghasilkan koefisien regresi sebesar -7025.842, dan secara nyata mempengaruhi tingkat pendapatan istri. Artinya jika umur responden dalam kondisi produktif maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh. Umur peternak selaku tenaga kerja pada usaha tani di pedesaan sering menjadi penentu besar kecilnya penerimaan.
Variabel curahan waktu dalam mengelola uasaha ayam buras menghasilkan koefisien regresi sebesar 745.349, sehingga ada kecenderungan semakin tinggi curahan waktu peternak semakin tinggi tingkat pendapatan istri yang diperoleh dari pemeliharaan ternak ayam buras. Uji statistik menunjukkan bahwa curahan waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatn istri. Semakin lama waktu dicurahkan oleh responden dalam mengelola usaha peterenakan ayam buras maka akan lebih baik manajemen pemeliharaan yang dilakukan sehingga produktivitas (produksi telur, ayam) ayam buras semakin meningkat, yang pada gilirannnya akan meningkatkan pendapatan istri.
Menurut Soekartawi (1996) jumlah tanggungan keluarga berpengaruh pada tingkat adopsi. Tingginya jumlah tanggungan keluarga akan memberikan motivasi bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya melalui pengadopsian berbagai teknologi pertanian. Namun demikian, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan istri. Artinya, dapat diduga bahwa dalam mengelola usaha ayam buras, isteri tidak melibatkan anggota keluarga (anak-anak), yang kemungkinan usia anak masih rendah (usia sekolah).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Karakteristik responden peternak ayam buras adalah umur dengan rata-rata 47.40 tahun dengan kisaran 24-67 tahun dan masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Jumlah anggota keluarga responden rata-rata 4 orang dengan kisaran 2-7 orang/kepala keluarga, tingkat pendidikan formal terdapat variasi dari yang terendah tidak tamat sekolah dasar dan tertinggi tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan peternak didominasi oleh tidak tamat hingga tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (75.56%), selebihnya tamat sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi (24.44%). Berkaitan dengan curahan waktu responden terhadap pemeliharaan ayam buras menunjukkan relatif kurang karena dianggap sebagai usaha sampingan yaitu rata-rata 124 menit per hari dengan kisaran 60-210 menit per hari.
2. Tingkat pendapatan yang diperoleh responden rata-rata Rp.145.800/bulan (kisaran Rp.35.000 – Rp.450.000/bulan) dan pendapatan yang diperoleh istri petani dalam memelihara ayam buras dapat memberikan sumbangan atau kontribusi pendapatan terhadap pendapatan keluarga sebesar 13.17%.
3. Pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga secara simultan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan istri dengan usaha ayam buras. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh atas hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas sebesar 0,904, sehingga hubungan pendidikan, umur, curahan waktu, serta jumlah anggota keluarga dengan pendapatan istri sangat erat (tinggi). Besarnya nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0.818 artinya secara simultan variabel-variabel bebas memberikan kontribusi sebesar 81.8% terhadap tingkat pendapatan istri.
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji variabel-variabel lainnya yang terkait dengan aspek teknik pemeliharaan ayam buras seperti jumlah kepemilikan ternak, manajemen pemeliharaan ternak, serta aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan istri dalam usaha peternakan ayam buras.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas atas bantuan biaya penelitian yang diberikan melalui Penelitian Kajian Wanita (Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 21/H4.LK.26/SP3-UH/2008 tanggal 31 Maret 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Chamdi A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. Hlm 312-317

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan. Jilid I. Bogor: Ipb Press.

Nurland, F., 1998. Profil Kedudukan Dan Peranan Wanita Di Sulawesi Selatan, Pusat Studi Wanita Universitas Hasanuddin., Makassar

Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication Of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York

Saenong, S. and Ginting, E., 1995. The Role Of Women In Upland Agriculture Development In Indonesia With A Focus On Cgprt Crop Based Farming System. The Cgprt Centre. Indonesia

Soekartawi, 1996. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syafaat N, Agustian A, Pranadji T, Ariani M, Setiadjie I, Wirawan. 1995. Studi Kajian Sdm Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu Di Kti. Bogor: Puslit Sosial Ekonomi Pertanian.

Sudarta, I. W. . 2000. Peranan Pria Dan Wanita Dalam Urusan Rumah Tangga. (Studi Kasus Desa Baha, Kec.Mengwi, Kab.Badung). Jurnal Dinamika Kependudukan Vol.Ii. No 1.Th.2000. Lembaga Penelitian Unud. Denpasar.

Sudrajat, I. 2002. Membangkitkan Kekuatan Ekonomi Nelayan. Bina Aksara, Jakarta.